Ganggawa di Malam Hari

Orang bilang sangat pekat ini malam Ujung jari tak tampak mereka bilang

Menjadi Seorang Murobbi

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. 21 : 107)

FOTO KKN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

ISLAMIC CAMP

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM

Lokasi di Jl Dg Tata Raya, Parangtambung Makassar, Sulawesi Selatan

Saturday 31 December 2011

Nasyid Rabitha

Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma'rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela

Wednesday 21 December 2011

Rasa Khawatir

Semua orang pasti pernah merasakan kekhawatiran. Dan pasti semua merasakan bahwa khawatir itu rasanya ngganjel, dan kurang nyaman. Was-was terhadap sesuatu hal. Itulah rasa khawatir.
Beberapa waktu yang lalu, seorang trainer memberi informasi tentang cara mengatasi rasa khawatir. Namun sebelumnya, beliau menjelaskan tentang jenis-jenis kekhawatiran. Setidaknya hanya ada 2 jenis rasa khawatir, berkenaan dengan cara mengatasinya.
Yang pertama adalah perasaan khawatir yang bisa hilang bila kita melakukan sesuatu. Yang bisa kita lakukan adalah “Lakukan sesuatu hal itu!”
Sebagai contoh, kekhawatiran terhadap keselamatan diri dan harta benda ketika kita tidur di dalam rumah, malam hari. Rasa khawatir ini akan hilang bila kita melakukan suatu hal. Apa itu? Dengan cara mengunci semua pintu yang berhubungan dengan lingkungan luar, seperti pintu pagar, pintu masuk rumah, pintu belakang, atau pintu samping. Selain itu kita juga bisa memasang alarm, misalnya. Bila hal-hal tersebut dapat menghilangkan rasa khawatir kita, maka lakukanlah!
Yang kedua adalah perasaan khawatir yang kita tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa kita lakukan adalah “Jangan khawatir!” Karena sekali lagi, tidak ada yang dapat kita lakukan.
Sebagai contoh saat bepergian dengan kendaraan bermotor misalnya. Di tengah jalan yang belum pernah kita lewati, tanpa disadari bensin motor kita habis. Sedangkan kita tidak tahu, berapa kilometer lagi bisa bertemu dengan SPBU. Dan kita punya firasat bahwa tidak lama lagi bensin akan benar-benar habis. Mau balik lagi, SPBU yang terakhir dilewati pun jauh. Dalam situasi seperti ini, kita pasti khawatir. Namun kita tidak bisa melakukan sesuatu hal untuk mengatasinya. Hal yang harus kita lakukan adalah jangan khawatir! Sekali lagi kita tidak bisa melakukan sesuatu. Bersikap tenang dan teruskan perjalanan. Karena khawatir itu tidak akan berguna. Serahkan saja pada Alloh. Sangat mungkin kan Alloh mempertemukan kita dengan SPBU tanpa kita sempat mendorong motor karena kehabisan bensin.
Contoh lain, ujian nasional misalkan. Kita sudah belajar nih, sudah mengerjakan dengan teliti dan yakin. Dan kita juga sudah menyelesaikannya. Beberapa hari sebelum pengumuman kelulusan, mau nggak mau pasti kita khawatir nih. “Lulus nggak ya?” Kekhawatiran ini adalah jenis kekhawatiran yang kedua. Kita tidak bisa melakukan sesuatu hal yang akan menghilangkan kekhawatiran ini. Kalau tak ada hal bisa kita lakukan, ya jangan khawatir! Itu saja! Serahkan semua kepada Alloh. Berdoalah! Jangan malah melakukan sesuatu yang justru tidak disukai Alloh, seperti menyuap korektor lembar jawaban misalkan. Atau dengan cara mendatangi dukun untuk “minta” jampi-jampi atau “doa” untuk kelulusan ujian.
Sahabat, rasa khawatir mau tidak mau pasti akan memforsir pikiran kita. Jangan mudah khawatir! Kalaupun kita khawatir, lakukanlah apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kekhawatiran itu! Bila tidak ada yang bisa kita lakukan, ya jangan khawatir! Karena kebanyakan, khawatir akan menyebabkan kebuntuan berpikir kita. Yang ditakutkan adalah ketika kita khawatir, kita akan berpikiran sempit yang berujung dengan perbuatan yang sempit pula. Justru hal ini akan menyebabkan kekhawatiran baru.
Semoga bermanfaat, terimakasih.

Saturday 17 December 2011

Kehilangan Laptop



Kehilangan laptop kemarin,
Memang membuat hati super nyesss…
Kehilangan laptopnya ditambah data2 yang sangat sangat precious. -di tengah deadline laporan dan tugas pula, juga file penting organisasi- plus bonus bogem mentah yang mendarat di mata kiri.
Belum lagi semua data-data kuliah, tulisan-tulisanku, de el el.
Tapi, ya sudahlah, aku-nya saja yang terlalu ceroboh.
Dan mungkin ini menjadi pengingatan Allah untukku teratas kecerobohan ataupun kelalaian lain yang aku lakukan.
Mungkin juga, Allah ingin bilang: “Nih Rustan, mudah saja bagi-Ku mengambil semuanya”.
Mungkin juga, ini menjadi jawaban atas ucapan gw ama teman yg kehilangan laptop juga sehari sebelumnya: “Sabar teman, akan ada gantinya”.
Sempat shock, sakit hati, tidak rela  sebentar. Biasa lah, manusiawi.
Tetapi, setelah itu, hujan yang turun rintik-rintik dan lantunan murottal, perlahan membuatku tenang.
“Ayolah, ini masalah kecil sekali. Tidak usah dibesar-besarkan. Lagipula, ini tandanya Allah sedang menunjukkan kuasanya”. Sambil mengingat lagi ayat Qur’an yang dahsyat itu: Al-Hadid ayat 22-23.
Saat menelpon ortu, dada ditegakkan, senyum dilebarkan. Bersiap sedia jika kena semprot. Wajar laptop yang beliau belikan susah payah dari kucuran keringatnya aku hilangkan begitu saja. Tentu akan menambah beban pikirannya. " Tidak usah kamu pikirkan, sudah takdirnya barang itu hilang. Nanti kalo ibu punya rejeki lagi, insya Allah ibu janji akan belikan". Dhuarrrr.... pengen rasanya nangis (walo aku jarang sekali menangis), nggak nyangka ibu sangat perhatian dan mengerti aku. I love U mom.
Yayaya, ini hanya masalah keciiiiil, masih banyak orang yang diuji dengan ujian yang super duper kali lebih berat. Malu kalau dengan ini saja sudah bikin sedih.
Masa iya, karena ini jadi membuat syukur terhenti, apalagi dengan segala kemudahan yang diberikan Allah setelahnya, juga dengan SMS empati dari sahabat -sahabat ku.
Aku baik2 saja. Bahkan lebih baik dibanding sebelum kehilangan laptop itu. Beneran… :D
~Semakin mencintai Allah. Dan perasaan ini cukup.
yang belum mengalami semoga tidak mengalaminya, dan inget “Kejahatan Terjadi Bukan Hanya Karena Ada Niat Pelakunya, Tapi Juga Kesempatan, WASPADALAH!! WASPADALAH!! “
(bener banget tuh! )

Note :
Terkadang, kita hanya bersiap untuk hal yang baik saja. Siap untuk punya hape baru, laptop baru, siap untuk jadi juara lomba, siap untuk mendapat IP tinggi, tapi kita melupakan bahwa ada hal ‘terburuk’ juga yang bisa saja menimpa kita. Sebenarnya bukan ‘keburukan’, tapi ujian dari Allah. Misalnya, terkadang kita lupa bahwa jika kita punya laptop atau hape baru, kita harus bersiap juga jika sewaktu-waktu kita akan kehilangan benda tersebut. Entah itu rusak atau hilang seperti saya tadi. 
Terkadang kita terlalu terbuai bahwa benda itu memang milik kita. Jarang kita berpikir bahwa semua yang kita miliki, meski itu bentuknya benda, adalah milik Allah. Yang mengatur rejeki juga hanya Allah. Yang memberi benda-benda yang kita miliki juga sebenarnya dari Allah. 
Mungkin ada yang berkata “aku yang kerja keras supaya dapet uang, bukan karena Allah” kalau Allah tidak meridhoi kita supaya kita mendapat uang, pasti kita tidak akan bisa mendapatkannya. Allah bisa saja membuat kita sakit atau ada suatu halangan hingga kita tidak bisa mendapatkan uang tersebut. Allahlah yang mengatur. Jadi kalau sewaktu-waktu Allah ingin ‘mengambil’ apa yang ia punya, itu memang hak prerogatif Allah. Bukan berarti Allah jahat atau pelit, tapi itu sebagai bentuk ujian bagi kita. Apakah kita akan tetap istiqomah dan yakin pada Allah, atau justru kita akan berpaling dariNya ?
Easy come, easy go. Mudah datang, mudah pergi pula. Jadi jangan merasa puas jika anda mendapatkan sesuatu dengan mudah. Itu artinya kemungkinan untuk kehilangan pun bisa saja mudah. Lalu, apa kita harus takut jika kita memiliki sesuatu ? tidak tentu saja. Hanya saja kita harus menyadari, bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Jadi, kita harus bersiap-siap jika kita kehilangan sesuatu itu. 
Bersama-sama kita belajar untuk qana’ah, merasa cukup atas apa yang Allah berikan kepada kita. Selalu bersyukur sekecil apapun nikmat yang kita dapatkan. Jika Allah mengambil sesuatu dari kita, memang sudah saatnya kita kehilangan. Sabar dan tabah. Tak ada yang abadi di dunia ini. Harta tak akan kita bawa mati. Percayalah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar kesanggupan umatNya. 
Kadang kita lalai jika sudah memiliki harta, pangkat dan wanita. Padahal semua yang kita miliki akan kembali kepadaNya. Diri kita pun adalah milik Allah. Bersiap-siaplah untuk kembali kepadaNya pula. Bersiap-siap apa yang akan kita bawa jika Allah menjemput kita

Thursday 15 December 2011

Akhir Tahun (2)

Saya berfikir, apa memang ketika kita berada di desember, segalaya seolah harus meriah, seolah dia adalah hal yang berbeda. Padahal semua hari, semua bulan yang kita lewati pada hakikat adalah potongan-potongan usia kita. Berlalunya  satu hari disusul hari yang lain,  bulan disusul  bulan yang lain berarti semakin memangkas umur yang menjadi jatah kita. Tidak ada waktu untuk mengkhususkan kapan kita harus instrospeksi diri karena setiap saat diusia kita  adalah waktu instrospeksi diri agar menjadi semakin baik dari hari ke hari. 
Mungkin agak membingungkan tulisan saya ini, kesana kemari, tidak terstrukutr, tapi mudah-mudahan ada manfaatnya. Intinya, kita lalui hari-hari kita termasuk di akhir tahun masehi ini dengan rutinitas kita masing-masing dengan berusaha menjadi lebih baik, bukan sekedar pada waktu-waktu tertentu saja dan menganggap hanya waktu itu kita harus instrospeksi diri. So, selamat beraktivitas... Dan aku tidak akan mengucapkan selamat Tahun Baru...



Wednesday 7 December 2011

Akhir Tahun

(Tak) terasa sudah bulan Desember, bulan terakhir dalam penanggalan tahun masehi, sebuah penanggalan yang berdasarkan dari perhitungan perputaran matahari. Karena sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan penanggalan ini, maka seperti saya, mereka akan beranggapan bahwa kita akan memasuki suatu tahun yang baru, akan ada kembang api, dan orang-orang akan bergembira.
Apa itu memang itu cara yang tepat untuk menyambut tahun yang baru ? ataukah tahun baru perlu disambut ?
Aku senang mengamati kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarku, tingkah laku orang-orang yang bergaul denganku, adat istiadat sukuku. Aku memutar memoriku mundur beberapa tahun. Aku yang umur 18 tahun berjuang keras menahan kantuk yang nian tak kompromi demi untuk melihat angka 00:00 , dan 'merayakannya' dengan makan mie instant. Itu saja. Lucu juga mengingatnya. Sehari sebelum tahun baru, Biasanya pos-pos ronda sudah dipasangi sound system dan televisi,  pemuda-pemuda dikampung pun main domino sambil memutar lagu dangdut, katanya mengisi malam tahun baru, biar seperti orang kota. Kasihan ini orang, gumamku iba.  
Lalu memoriku terus kuputar, akhirnya sampailah aku ke 2 tahun lalu. Aku mendapati teman-temanku begadang sambil membuat acara 'muhasabah' introspeksi diri. Katanya marilah kita instrospeksi diri setahun yang lewat, dan mari kita menjadi lebih baik di tahun yang baru ini. Namun pagi harinya, semuanya tertidur sampai siang (karena begadang) dan tidak ada yang shalat subuh. 
Dan yang terparah yang aku hanya dengar lewat teman,  Mengisi malam tahun baru dengan pesta seks. Banyak yang malam tahun barunya sebagai malam berubah statusnya menjadi tidak gadis, Ah salah, banyak yang malam tahun barunya sebagai malam untuk mengulangi perbuatan yang pernah merubah statusnya menjadi tidak gadis. 

Saya berfikir, apa memang ketika kita berada di desember, segalaya seolah harus .....(to be continued capekka').

Monday 28 November 2011

Berhenti Facebook

Ya, tidak...Ya, tidak ?
Setelah pikir-pikir secara saksama dan agak tidak rela, akhirnya ane non aktifkan juga akun Facebook ane. Mau tahu perasaanku kayak gimana ? Ada rasa agak 'menderita' gitu. Loh kok ? Liat  aja pecandu narkoba yang kehabisan pil,  menderita gak. Ato orang yang ketagihan rokok, trus tiba-tiba memutuskan untuk berenti, gelisahnya minta ampun. Mungkin kayak itulah kondisiku (yang agak ketagihan fb) dua tiga hari setelah menonaktifkan akunku. 
Sebenarnya banyak hal yang bisa aku lakukan ketika memiliki akun. Sarana ekspresi hati, nulis puisi, dapat info -info baru, punya banyak kenalan, chatting dengan berbagai orang, etc.  trus kenapa harus non katifkan akun ?
Biasa, mungkin menurutku waktuku terlalu banyak terbuang untuk sekedar update status, atau ngeliat satu-satu pemberitahuan. Tapi itu bukan alasan utama bagiku. Ada alasan yang lebih mendasar dari semua itu, yang mengharuskan aku keluar dari social network ini. sejak waktu itu....
Dan aku sekarang agak menikmati lepas dari bayang fb. Tidak ada status, tidak ada comment, dan tidak ada like. Dan juga tidak akan ada lagi note. Akan tetapi seberapa lama ini bertahan ? Ya, setidaknya sampai aku beristri . :)

Monday 14 November 2011

7 ALASAN MENCELA DIRI

Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku,
pertama kali ketika aku melihatnya lemah,
padahal seharusnya ia bisa kuat.

Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket-jongket
dihadapan orang yang lumpuh

Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah
ia memilih yang mudah

Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan coba menghibur diri
dengan mengatakan bahwa semua orang juga melakukan kesalahan

Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar

Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk
padahal ia tahu, bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai

Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat

Sunday 13 November 2011

Aku Benci . . . . .

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.



Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.


Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?


Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?



Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.


Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…
aku takut sendirian.

Wednesday 9 November 2011

Yang Selalu Terapung Diatas Gelombang

Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Kini simaklah sebuah kisah,
Seorang pegawai tinggi,
gajinya sebulan satu setengah juta rupiah,
Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam,
BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah.
Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah.
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan
Macam Macam Indah,
Setiap semester ganjil,
isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura.
Setiap semester genap,
isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika,
Anak-anaknya pegang dua pabrik,
tiga apotik dan empat biro jasa.
Saudara sepupu dan kemenakannya
punya lima toko onderdil,
enam biro iklan dan tujuh pusat belanja,
Ketika rupiah anjlok terperosok,
kepleset macet dan hancur jadi bubur,
dia ketawa terbahak- bahak
karena depositonya dalam dolar Amerika semua.
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat,
Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri,
maka seratus kantong plastik hitam dia bagi-bagi.
Isinya masing-masing lima genggam beras,
empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi.
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi,
dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali,
Gelombang mau datang, datanglah gelombang,
setiap air bah pasang dia senantiasa
terapung di atas banjir bandang.
Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi,
lalu dia berkata begini,
“Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,”
Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlah:
kekayaan misterius mau diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa,
kekayaan mau diperiksa,
kekayaan tidak diperiksa,
kekayaan harus diperiksa,
kekayaan tidak jadi diperiksa.
Bandul jam tua Westminster,
tahun empat puluh satu diproduksi,
capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri,
Kemudian ide baru datang lagi,
isi formulir harta benda sendiri,
harus terus terang tapi,
dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi,
karena ini soal sangat pribadi,
Selepas itu suasana hening sepi lagi,
cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,
Seseorang dianggap tak bersalah,
sampai dia dibuktikan hukum bersalah.
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah.
Bagaimana membuktikan bersalah,
kalau kulit tak dapat dijamah.
Menyentuh tak bisa dari jauh,
memegang tak dapat dari dekat,
Karena ilmu kiat,
orde datang dan orde berangkat,
dia akan tetap saja selamat,
Kini lihat,
di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania,
seraya menghirup teh nasgitel
dia duduk menerima telepon
dari isterinya yang sedang tur di Venezia,
sesudah menilai tiga proposal,
dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja,
Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way,
senandung lama Frank Sinatra
yang kemarin baru meninggal dunia,
ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta
dari sangkar tergantung di atas sana
dan tak habis-habisnya
di layar kaca jinggel bola Piala Dunia,
Go, go, go, ale ale ale…

Kala air mata sudah kering

(Sajak Kerinduan)

Malam menabur seribu wangi

Diri melajang disini
            Pikirku berlomba
                        Menjemput bantal kasur

Tidak ...
Mari kesini dik, katamu
            Ditepi perang aku menanti
                        Mari sini
                                    Menjemput nyali
                                                Saat orang-orang
                                                            Melipat kaki dalam selimut takut
                                                                        Saat kita dikecam
                                                                                    Hanya karena kata  . . . Jihad

Kecuali mengharap ridha satu rasa lupa ‘kan semua sudah kala negeri Ia memintamu basahi bumi, sirami dengan darah bila air mata kering sudah tiada lagi tertetes bening embun itu pada sayatan getir hati kita.

Mereka yang bilang serahkan pipi kananmu saat ditampar pipi kirimu itu lupakan karena aku muak dengan serbuk toleransi yang telah mencanduku karena mereka lah kanibalnya kanibal karena mereka hanya mengerti kata benci . . . benci

Tahukah saudaraku tiada akhir bagi syuhada berkalang semerbak wangi kasturilah citamu tertinggi dalam akselerasi darah kita nan ‘tlah hilang tegang ketika tidur hanya aku yang rasa hingga hitam kelopak matamu selama msih ada desah nafas perang yang ‘tlah menantimu

Kelam berlalu dalam gerimis hilang ombak maka menitilah sebisamu sembari berpegang pada ranting hanyut yang tiada dilirik lagi dalam jauh jalan panas hari bila takut hanya tinggal cerita legenda bila gentar hanya agar kalimah Allah tegak membatu karang

Berung hantu menyungging muram tapi kita mesti melaluinya sebab kehormatan kita bertabur rekah darah ditiap jengkal tanah negeri Islam untuk kerinduan atas nama cinta sebab Ia t’lah berjanji untukmu hai jiwa-jiwa nan tenang

Ah bantal kasur ini hampir membelenggu dalam tidur panjang sengguh alam nian tiada kalian rasakan lagi akh....aku tak bisa jawab mengapa hatiku jua membatu
Kukirim do’a kepadamu yang bermata kering digaris depan sungguh sedih penghabisanmu ‘tlah lama berlalu sedang aku disini siap menanti saat giliran tiba.

Sungguh tanah negeri islam selalu menanti hujan darah air mata peluh syuhada berizzah selangit sebumi.


Saturday 5 November 2011

Tuhan sembilan centi

Oleh Taufiq Ismail


Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.


Thursday 3 November 2011

Gadis Kecil yang Shalihah

Aku akan meriwayatkan kepada Anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan Anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya:
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku mekihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit uang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit.

Maka kau bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang dibalik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimahan. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintahkan kepada yang ma’ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: “Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!”

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata:
“Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam.” Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah Ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dan dari kami selama ini?

Setelah  pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku.” Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab:
"Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah.” Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahul kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: “Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah.” Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: “Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku.”

Diapun bertahmid dengan suara keras, semua orang melihat dengan tercengang.
Aku merasa diri kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulal pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dan kepalaku."

Kami (aku, suamiku dan Afflan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: “Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: “Tidak”.

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah dipenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?” Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna.” Temanku tersebut berkata: “Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati.”

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian memita air, kemudian wudhu’ dan shalat, tanpa ada yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya. Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kutihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: “Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat.” Kukatakan: “(Mimpi) yang baik Insya Allah.” Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi.”

Akupun bertanya kepadanya: ”Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut,” dia menjawab: "Aku menyangka bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku.” Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: “Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu.” Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua.” Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: “Afnan, ucapkanlah la llaaha illallah.” Maka dia berkata: “Asyhadu allaa ialaaha illallah.”

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata:
“Asyhadu allaa ilaaha illallaah.” Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: “Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah.” Dan keluarlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku merekapun meminnyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil ’aalamin.


Oleh: Ummu Mariah Iman Zuhair