Ganggawa di Malam Hari

Orang bilang sangat pekat ini malam Ujung jari tak tampak mereka bilang

Menjadi Seorang Murobbi

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. 21 : 107)

FOTO KKN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

ISLAMIC CAMP

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM

Lokasi di Jl Dg Tata Raya, Parangtambung Makassar, Sulawesi Selatan

Tuesday 6 November 2012

NDA TAU KA'


Tinggal di ibu kota provinsi, kota Makassar tak terasa sudah 4 tahun lebih. Hidup dan menjadi bagian dalam menjalani lakon di  kota ini dalam waktu yang tidak bisa dibilang singkat ini, sedikit banyak telah memberi gambaran bagaimana kehidupan kota  ini. Bagaimana cuacanya, jalan-jalannya, bangunan-bangunannya, dan watak penduduknya.
            Ketika saya kecil dulu, mengetahui dari buku-buku (sejak dulu hobi baca), bahwa salah satu watak orang di kota besar adalah individualis, dalam arti sangat jarang bersosialisasi dengan orang yang tinggal di sekitarnya. Sampai-sampai seseorang tidak tahu siapa tetangganya. Saya yang wong deso, menganggap hal itu terlalu aneh. Bagaimana tidak, jika Anda  ingin menanyakan seseorang (misalnya dimana rumahnya si BEDDU), dalam radius 3 bahkan 5 kilometer penduduk di situ akan kenal dengan BEDDU yang Anda maksud, meskipun dalam kampung itu ada 1000 BEDDU. Bahkan dia dengan senang hati akan memberikan informasi lebih kepada Anda, apa pekerjaannya, berapa anaknya, dan jumlah ayamnya.
            Informasi yang saya baca di buku kurang lebih 10 tahun lalu itu, akhirnya betul-betul saya alami di kota ini. Ketika akan mengajar di rumah salah satu dosen kampus saya.  Saya hanya diberikan alamat oleh teman dan ternyata alamatnya pun salah. Terpaksa saya harus  berkali-kali singgah bertanya. Dan sampailah saya di lorong dosen saya itu. Pertama saya bertanya pada seorang ibu yang sedang menjaga anaknya bermain di pinggir jalan, yang ternyata jarak rumahnya dengan rumah dosen itu hanya 7 meter.
“BU, numpang tanya, rumah Pak Abdullah yang mana ya?”
Mengkerutkan kening. “Pak Abdullah, Abdullah...Ah, coba kita tanya sama bapak itu saja...” Katanya sambil menunjuk bapak di depan rumahnya untuk mengecoh saya bahwa dia sebenarnya tidak tahu. Hehehe
Tak...tak..tak , saya berjalan menghampiri bapak itu yang sedang cuci mobil.
“Pak, rumah Pak Abdullah dimana ya?
Bengong....tiba2 datang istrinya..dia malah nanya istrinya, “ tahu Pak Abdullah?”..istrinya hanya geleng2...saya sudah bisa menangkap keluarga ini pun tak tahu. Saya langsung cabut setelah bilang terima kasih....
Saya lalu ambil motor lalu berjalan beberapa meter, ada banyak anak muda yang ternyata sedang main PS. Jarak PS itu dengan rumah yang saya cari tinggal 4 meter. Tapi serempak anak muda harapan bangsa ini menggelengkan kepala. Tak tahu nama tetangganya....
Tibalah saya di depan rumah dosen itu (tapi saya masih belum tahu)...lalu pas didepan rumahnya ada kios penjual. Disitu berkumpul bapak2 dan ibu2. Saya tanya, “ Kita Rumah Pak Abdullah ?”
Belum ada jawaban.
“Pak Abdullah, dosen di UNM”, tambahku.
“Oh, kalau dosen, yang didepan ini rumahnya. Tapi tidak tau mi siapa namanya..”
Oh my god...cape’ deh...
Saya tidak mau ambil pusing, saya langsung saja saya bunyikan bel, terserah mau salah alamat, sudah capek bertanya. Dan alhamdulillah, rumah yang saya cari akhirnya ketemu, saya temukan sendiri...