A. Idealisme
Menurut paham
Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkapAlam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang
punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena
diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena
adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti
adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space
or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to
exist outside the soul”
Paham idealisme
memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus
dikejar dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak
dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat. Para idealis
menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih lanjut
penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro
kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang
menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang
merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta
Tokoh aliran
idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan
suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara
gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea.
Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea
sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang
mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea
tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat
dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari
dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea
adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya
sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea
digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam
dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang
memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan
untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang
pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam
masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan
kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya
berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof,
perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling
atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan
serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan,
serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai
kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi
adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh
bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kadangkala dunia
idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita
yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut
Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh
jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang
beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang
kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan
alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak
yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini
seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian
seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan
sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih
tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya,
aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea,
dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata
seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas
dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat
kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya
kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting
dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada
dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi
disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha
menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru
berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan
hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil
adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan
rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56).
Maka apabila kita menganalisa berbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme,
yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa
angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber
pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa
dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam
idealisme disebut dengan idea.
Memang para
filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang
fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63).
Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini.
Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya,
para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat
alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar
benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha
yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun
katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada
prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang
kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom
mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi
yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun
terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan
(boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini
menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam
mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa
diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan
pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata.
Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme
khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih
banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari
dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan
bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir.
Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat
tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya
yang pokok dan utama.
Antara lain
Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh
filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal
dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang
merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan
menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga,
pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah
pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan
Idealisme
dalam pendidikan
Aliran filsafat
idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan,
sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William
T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di
Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak
sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne
(1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat
beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Para murid yang
menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya
diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach)
secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting.
Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di
tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau
tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak
didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru
jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan
kecil yang tidak banyak bermakna.
Bagi aliran
idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk
spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa
apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat
utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model
pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem
pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan
bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai
apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Sejak idealisme
sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah
pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi
pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka,
tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis
dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam
hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan
yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam
sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru
adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang
spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai
teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik,
sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya;
(6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk
belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib
beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para
siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus
mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa
belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru
haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu
belajar, bagaimana pun keadaannya.
B Realisme
Realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
ruhani. Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut
aliran realisme adalah:
1. Metafisika-realisme;
Kenyataan yang sebenarnya hanyalah
kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial
(dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme);
2. Humanologi-realisme;
Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah
organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
3. Epistemologi-realisme;
Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan
manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan
dengan memeriksa kesesuaiannya dengan
fakta;
4. Aksiologi-realisme;
Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu,
dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau
adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Aliran
Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Dalam hubungannya
dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak
pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat
pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama.
Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode,
isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam
derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan
pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan,
melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan
terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan
pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana
memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat
dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan
siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Menurut Power
(1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1. Tujuan:
penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
2. Kurikulum:
komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan
pengetahuan praktis;
3. Metode:
Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya
harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode
pokok yang digunakan;
4. Peran
peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah
esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh
hasil yang baik;
5. Peranan
pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan
dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
Konsep
Pendidikan Realisme
Berikut ini kita
akan membahasa konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran
pendidikan menurut masing-masing bentuk aliran realisme.
1. Realisme Rasional
Realisme klasik
berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian
manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab
pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah
penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan
masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan.
Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal
dan mengikat manusia sebagai mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya
adalah manusia sempurna yang mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan pada
anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan universal karena baik
dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari
karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya
Sedangkan
menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural dan
supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran
dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna
mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan
belajar harus mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus
universal, seragam dan merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang
lebih rendah.
2. Realisme Natural
Menurut realisme
natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut
realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan
pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber
pengetahuan manusia.
Pendidikan
berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam.
Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi
objeknya adalah kenyataan dalam alam.
3. Realisme kritis.
Menurut
pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah
terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut Imanuel Kant , pengetahuan
mulai dari pengalaman namun tidak semiuanua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi
adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta.
Menurut Henderson ke semua bentuk
aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa
a. Proses
pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi hebat
b. Tugas
manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum
c. Tujuan
akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Perbandingan
idealisme dengan realisme
Idealisme adalah
suatu paham yang sangat memuja kesempurnaan dalam mencapai suatu tujuan hidup.
Sedangkan Realisme adalah suatu paham dalam menjalani kehidupan ini dengan apa
adanya sesuai kenyataan yang terjadi.
Berikut ini beberapa studi kasus
mengenai idealisme vs realisme:
a. Mengambil
topik Tugas Akhir sesuai dengan Lab Keahlian dan minat adalah idealisme, sedangkan
mengambil topik yang ditawarkan oleh dosen adalah realisme.
b. Membeli
textbook kuliah yang asli dengan harga mahal adalah idealisme, sedangkan
membeli textbook fotokopi yang harganya jauh lebih murah dan sangat berguna
adalah realisme.
c. Setelah
menyelesaikan program sarjana [baca: S1], seorang mahasiswa langsung meneruskan
pendidikan ke jenjang berikutnya [baca: S2] adalah idealisme, sedangkan seorang
mahasiswa yang telah lulus sarjana kemudian terjun ke dunia kerja, itu adalah
realisme.
Seorang idealis
sejati akan menganggap hidupnya selalu kekurangan, sedangkan seorang realis
akan menikmati hidupnya seperti air yang mengalir.