Ganggawa di Malam Hari

Orang bilang sangat pekat ini malam Ujung jari tak tampak mereka bilang

Menjadi Seorang Murobbi

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. 21 : 107)

FOTO KKN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

ISLAMIC CAMP

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM

Lokasi di Jl Dg Tata Raya, Parangtambung Makassar, Sulawesi Selatan

Thursday 3 January 2013

LORONG KERINDUAN

“Bunda, makan yuk!”
Aku hanya menggeleng, tak ada nafsu makan.
“Bunda menunggu ayahmu, Nak”kataku dengan senyum penuh terpaksa.
“Bunda makan dulu, nanti kalau ayah datang bunda kelihatan sehat dan cantik. Kalau seperti ini kurus, nanti ayah nggak kenal lagi sama bunda. Makan yuk bunda!”
Mataku berbinar, berharap setelah selesai aku makan, aku akan kelihatan lebih cantik jadi suamiku akan segera menemuiku. Aku pun melahap semua makanan yang telah disediakan anaku, Dinda.
“Alhamdulillah, begitu donk bunda! Jadi bunda kan kelihatan lebih cantik.” Dinda tersenyum manja terhadapku.
“Ayahmu kok belum datang juga ya Dinda, padahal bunda sudah cantik begini,”kataku sambil memainkan rambutku yang sedikit kusut karena sudah jarang aku sisir.
“Sabar ya bunda, mungkin sebentar lagi ayah datang.”
“Jilbabnya bunda mana ya Dinda? Masa bunda bertemu ayah nggak pakai jilbab, kan malu.”
Dinda segera mengambilkan jilbabku di kamar.
“Hai Dinda,” seorang ibu menyapa Dinda.
“Hust.. sana, pergi kamu. Jangan dekati anakku!”kataku sambil melotot. Ibu itu lari ketakutan.
“Bunda,dia kan temannya bunda. Masa begitu sama temannya.”
“Bunda nggak punya teman kayak dia. Dia suka godain ayahmu!”
Aku cuek saja sambil mengenakan jilbab merah jambu kesayanganku. Jilbab pemberian suamiku tercinta. Aku melirik Dinda yang sedang menggelengkan kepalanya mendengarkan penuturanku.
***
“Ayahmu sudah nggak sayang lagi sama bunda ya Dinda?”kataku ketika Dinda sedang melepas lelah disampingku sepulang kuliah.
“Sayang kok bunda. Kata siapa ayah udah nggak sayang lagi?”Dinda mulai menatapku lekat.
“Buktinya ayah nggak merindukan ibu, dia nggak datang kesini. Bunda kangen sama ayahmu, tapi sepertinya dia tidak peduli lagi sama kerinduan bunda.”
Aku memainkan jilbab merah jambuku yang selalu bertengger manis di kepalaku, meski sudah 2 hari tidak aku lepas karena kerinduanku yang mendalam.
Tiba-tiba Dinda menangis dipangkuanku.
“Bunda, sadarlah! Ayah tidak mungkin kembali. Ayah sudah meninggal tahun lalu karena kecelakaan!”
Aku melonjak berdiri.
“Jangan bohongi Bunda!”
Aku menarik jilbab Dinda, mengguncang-guncangnya. Hampir saja aku mencakarnya. Aku tidak lagi peduli dia anak semata wayangku.
“Suster…Suster..tolong..Bunda ngamuk lagi!”Suara Dinda menggema. Tiga orang wanita berpakaian putih segera mencengkramku kuat-kuat. Lamat-lamat aku masih bisa mendengar Dinda.
“Ikhlaskan ayah, Bunda. Aku masih butuh bunda, aku kesepian tanpa bunda. Ayah juga nggak akan kembali meski bunda seperti ini terus. Aku merindukan bunda. Sadarlah bunda!”
Tangis Dinda memecah keheningan di antara butir-butir pasir kerinduan yang teramat sangat. Langkah kaki cepat Dinda masih kudengar jelas dibentangan lorong panjang , lorong Rumah Sakit Jiwa penghubung kerinduanku.
========================================
Kita sangat sulit melupakan orang yang kita cintai, bahkan sampai gila karenanya. Tapi kenapa kita begitu mudahnya melupakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahkan kita lebih tergila-gila pada makhluk-Nya daripada Pencipta makhluk-Nya? Renungkan sahabat!

Distorsi Definisi oleh MEDIA

Media massa merupakan salah satu unsur penting yang sangat berperan dalam mengotrol opini publik/masyarakat umum. Media dapat menjadi teman yang baik dan bisa menjadi sosok monster yang dapat mempengaruhi opini terhadap suatu isu yang sedang berkembang.Media terkadang memanfaatkan kemampuan mereka sebagai pengendali opini publik untuk malah menyamarkan fakta yang ada dan menciptakan fakta-fakta baru yang mereka ulas berkali-kali seolah-olah itu merupakan fakta yang benar.

Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya - seperti kata sebuah koran “Bijak di garis tak berpihak”- . Media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan. Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana ideologi kelompok-kelompok lain. Kelompok-kelompok dominan inilah yang mem-blow up berita-berita terorisme islam dan menjadikan isi beritanya seolah-olah islam adalah agama radikal dan penuh dengan makna teror dalam ajarannya.

Saat ini umat islam tertuduh dan  semua ketakutan dengan segala tentang islam, karena selalu dikaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis Islam, dan semisalnya menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang dan penyedia serta membantu aktivitas terorisme.  Gerakan-gerakan dakwah pun dicurigai meskipun gerakan dakwah
itu terbuka dan tak ada sangkut pautnya dengan teroris. Beberapa orang pun mengwasi ketat anak remajanya yang mau berangkat mengaji. Padahal hal itu tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka menanyakan ngajinya sama siapa, tempatnya dimana, dan segala macam secara berulang-ulang. Bahkan di sebuah wilayah , beberapa orang yang hendak melakukan khuruj (aktivitas yg rutin dilakukan oleh Jama’ah Tabligh) di sebuah masjid, ditolak warga setempat pasca pengemboman di hotel JW Marriot dan Ritz Calton. Warga setempat tidak mau daerahnya dijadikan tujuan orang luar. Mereka takut orang-orang tersebut terlibat terorisme. Sikap PARANOID ini muncul belakangan di beberapa daerah. Ini terjadi setelah televisi dengan sangat gencar menyebarkan berita terorisme. Bukannya objektif, pemberitaan di media massa cenderung menstigmatisasi negatif islam dan kaum muslimin.terorisme islam akhirnya menciptakan spekulasi antara kaum muslim untuk melahirkan sikap saling curiga di tengah-tengah umat, bahkan bisa  memunculkan sikap saling memfitnah.Dan bahkan yang paling tragis melahirkan rasa takut di kalangan umat islam terhadap agamanya sendiri, hingga tak heran jika sesama muslimin sendiri saling terjadi ghibah dimana biasanya para muslim yang sedang berusaha untuk kaffah dan istiqomah menjadi sasaran caci bahwa mereka adalah teroris.
Belum jelas benar siapa pelakunya, media massa langsung menyorot pesantren. Pesantren dianggap mengajarkan jihad dan ini menjadi inspirasi para teroris. Media massa pun sibuk mencari latar belakang orang-orang yang diduga teroris dengan melakukan interogasi dan inkuisasi terhadap almamater, keluarga, dan para tetangga. Tanpa disaring, berita isu langsung disiarkan. Padahal tidak semua sumber berita  yang didapatkannya layak disiarkan. Hal yang sama tidak pernah dilakukan terhadap para koruptor. Adakah media massa yang pernah mengaitkan koruptor dengan almamaternya? Kemudian menyatakan bahwa universitas X telah mengajarkan korupsi? Atau mencari guru dan dosennya karena dianggap sebagai inspirasi untuk korupsi?

Lihat saja bagaimana media massa seolah jadi “orang bodoh” dan menurut saja arahan sumber-sumber mereka. Sikap kritis mereka hilang. Bahkan untuk mencari alternatif narasumber lain. Sampai-sampai ketika sumber-sumber  berita mereka menyatakan berita salah pun, ditelan mentah-mentah. Ketakutan akan islam akan pun mulai merambah pada perbuatan ekstrim seperti yang terjadi di jerman, seorang pria menusukkan pisau dapur berukuran 16 cm sebanyak 16 kali ke tubuh wanita muslim yg berjilbab dan ironisnya wanita ini tengah mengandung 3 bulan. Melihat keadaan seperti ini para muslim yg merasa diintimidasi akan mulai berontak dan melakukan serangkaian aksi membela sesama muslim yg lain, meski terkadang jalur yang dipilih pun tidak selalu benar. Kondisi seperti ini TENTU SAJA menarik bagi media untuk meliputnya, meliput konflik tentang kemarahan kaum muslim dan lebih menuju peliputan tindakan-tindakan ekstrim kaum muslim selama membela diri dan tidak memperdulikan alasan kaum muslim kenapa mereka berlaku demikian. Bagi mereka yg tidak mengerti duduk perkara yg terjadi, mereka hanya akan mengambil mentah  dari setiap fakta realitas yang diungkap media. Padahal seandainya semua media sebagai wadah pentalur informasi sesuai realitas yg ada, tentu saja publik tidak akan mudah terpecah belah dalam berasumsi dan menentukan sikap kepada kaum muslimin.

sebagai masyarakat , kita  harus tabayyun (mengklarifikasi ) berita yang datang, sehingga masyarakat menjadi lebih bijak dalam menilai segala setuasi yang ada.,

Solusi Matematika

Ada sebuah soal matematika yang sangat sederhana, begitu pula dengan solusinya. Tetapi apa yang kami temukan di antara teman-teman kami sendiri ternyata banyak juga yang menjawabnya dengan sangat rumit.
Coba deh…

Misalkan ada sebuah turnamen sepakbola antarhimpunan mahasiswa dilakukan dengan sistem gugur (sekali kalah langsung tersingkir). Turnamen itu diikuti oleh 25 tim himpunan mahasiswa se-UNM
Berapa jumlah total pertandingan dalam turnamen tersebut hingga diperoleh satu juara? (tanpa perebutan tempat ketiga dan keempat)
Biasanya, banyak di antara kita memulai pemecahan masalah dengan cara mensimulasikan turnamen tersebut, salah satunya memasang-masangkan setiap tim untuk bertarung. Dalam kasus ini, ada 1 tim yang mendapat bye (tidak perlu bertanding, langsung lolos ke babak selanjutnya), dan ada 24 tim yang harus bertarung, sehingga jumlah pertandingan babak pertama adalah 12 pertandingan. Kemudian di babak kedua ada 13 tim tersisa yang komposisinya adalah 12 tim harus saling tarung (6 pertandingan), dan 1 tim mendapatkan bye. Sampai sini jumlah pertandingannya sudah 18 (= 12 + 6).
Di babak ketiga ada 7 tim tersisa dengan komposisi 6 tim harus saling tarung (3 pertandingan), dan 1 tim mendapatkan bye, sehingga jumlah pertandingan menjadi 21 (= 18 + 3). Sampai sini sudah tersisa 4 tim saja (semifinal), yang kita tahu hanya ada 2 pertandingan, sehingga jumlah pertandingan hingga babak semifinal adalah 23. Terakhir, 1 pertandingan babak final menggenapkan jumlah pertandingan menjadi totalnya 24.
Capek? Coba lihat diagramnya:

Bagaimana kalau ada lebih banyak tim yang bertanding? Katakanlah 141 tim bertarung dengan sistem gugur, berapa jumlah total pertandingannya?

Ternyata ada solusi yang lebih mudah…
Seringkali kita terjebak pada cara berpikir yang terlalu “alami”, tidak berani melakukan terobosan. Cobalah sekarang fokus pada jumlah “pecundang” (peserta yang kalah). Kita balik bertanya:
Berapa jumlah pecundang dalam sebuah turnamen sistem gugur dengan 25 peserta sehingga ditemukan 1 juara?
Jawabnya sederhana: ada 24 tim pecundang, dan ternyata sebanyak itu pula jumlah total pertandingan yang harus dilakukan dalam turnamen tersebut. Dengan demikian, kita sekarang tidak perlu repot berpikir lama-lama lagi ketika ditanya berapa jumlah total pertandingan jika ada 141 peserta. Jawabnya adalah 140 pertandingan, karena akan ada 140 pecundang (alias 140 kekalahan) dalam turnamen tersebut.
Buat orang-orang yang menjawab soal ini dengan cara yang pertama (diagramatik) mungkin akan bertanya pada dirinya sendiri,
Mengapa saya tidak memikirkan cara pandang yang berbeda itu sejak awal?
 

MUSAFIR DUNIA

Bismillahir rohmaanir rohiim… Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pesona dunia kerap membuat seseorang lupa akan hakikat hidup di dunia. Sehingga, menjadikannya lalai dalam melakukan tugas dan kewajiban sebagai seorang hamba, yaitu beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Padahal, kehidupan dunia tak lebih hanya permainan dan senda gurau belaka (QS Muhammad [47]: 36).
Oleh karena itu, Ibnu Umar r’a mengambil wasiat dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam untuk menggunakan setiap kesempatan guna untuk berbekal : ”Jika kamu berada di masa sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi, jangan menunggu masa sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Bukhari).
Tak heran bila kemudian Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam selalu mengingatkan umatnya untuk menyikapi hidup di dunia ini sebagai ladang berbekal, dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa kepada Allah Azza Wa Jalla. (QS Al-Baqarah [2]: 197). Menjadikan hidup di dunia hanya sebagai ladang berbekal akan menimbulkan perasaan bahwa hakikat diri adalah asing di dunia dan tidak mungkin menetap selamanya. Diri tidak lagi terpikat pada segala sesuatu yang menggoda di tempat persinggahan sementaranya itu. Hatinya hanya terpaut pada tujuan yang akan menjadi tempat kembalinya kelak. Bahkan, dia akan menganggap dirinya seperti ‘musafir’ yang ingin terus melanjutkan perjalanan hingga batas akhir tujuan, yaitu kehidupan abadi di akhirat.
Memahami kehidupan di dunia ini layaknya musafir, telah diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam melalui sabdanya : ”Aku tidak memiliki kecenderungan (kecintaan) terhadap dunia. Keberadaanku di dalam dunia seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkan pohon tersebut.” (HR. Tirmidzi).
Oleh karena itu, wajib bagi seorang Mukmin untuk bersegera melakukan kebaikan sebelum dia tidak mampu lagi untuk melakukannya, baik karena menderita sakit aatau karena kematian yang menjemput. Dan di saat manusia terhalang untuk melakukan amal kebaikan, maka yang tersisa hanyalah penyesalan dan kesedihan. Dia hanya bisa berandai untuk kembali sehat atau hidup lagi, padahal harapan itu sia-sia belaka… Allah Ber Firman: ”Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka (orang-orang kafir), dia berkata, ‘Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan’. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding hingga hari mereka dibangkitkan. (QS Al-Mukminun [23]: 99-100). Wallahi Taufiq Wal Hidayah ..Semoga bermanfaat ..Amiin Ya Rabb Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik…. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh …

PARADOKS

Paradoks...
itu kata yg selalu andrea hirata katakan untuk menggambarkan 2 hal sama yg sgt jauh berlawanan.
Dan kini aku sesungguhnya disuguhi maha paradoks.
Paradoks yg jelas terpampang di mata penduduk dunia, dengan begitu jelas dan gamblang.

Apakah warga dunia ini lupa, hanya karena PERSITIWA SEHARI yg menewaskan puluhan warganya, amerika menyatakan perang dengan teroris dan mengintimidasi dunia dengan gertak arogan bush,'' bersama kami atau perang melawan teroris''...
Lalu perhatikan Gaza. Kalau kau tidak ingat atau tidak tahu ttg daerah itu, dengarlah lantun2 ''we will not go down''. Puluhan tahun bangsa ini dibunuh di rumah mereka sendiri, tak bisa kamu mengitungnya..lalu aku tak pernah mendengar terorislah pelaku semua itu...
Yang kubaca dimedia hanyalah ''gaza diserang oleh israel'', ''aksi protes turun ke jalan mengecam perbuatan israel'',
''pernyataan sikap turut prihatin dr bangsa lain''...
Tidak ada penelusuran jaringan terosris, penghubung-hubungan dgn keluarga teroris yg biasa dlakukan jika ada pengeboman di indonesia.
Betul2 paradoks yg menyedihkan...

Lalu muncullah berbagai tingkah berhubungan dg penyerangan gaza...ada berkoar2 mengecam tindakan itu, mengutuk israel di negeri mereka masing2
ada yg merobek bendera israel dan mengibat2kan bendera palestina
ada yg menulis status menyatakan belasungkawa, mendoakan, dan bertekad berjihad, dan saat log out terlihat terbahak2 ketika bercanda dan berkumpul dg temannya, lupa dg apa yg dia tulis..
Ada pula yg khusyuk di sepetiga malam dan disetiap shalat mereka mendoakan saudaranya tanpa ada yg tahu, sambil berderai air mata, seakan turut merasakan penderitaan itu...
Dan ada yg nama mereka tdk dikenal, aksi mereka tak tampak, status mereka untk berjihad pun tak ada, tap raga mereka sudah didapat terbujur kaku di medan perang...

Menggurui

Digurui di depan orang dg memperlihatkan kesalahan langsung, akan membuatmu malu seolah tidak mw menerima kenyataan itu, disertai rasa tidak senang pd orng yg mengguruimu, sehingga muncul perassan sakit dan jengkel..itu sudah manusiawi...tapi dg diperlakukan sperti itu, kamu akan belajar untk tdk melakukan hal yg sama, berbekas di hati shingga pantang mengulanginya, dan pengetahuan mu ttg satu hal bertambah....kadang kta bingung pd orng yg menggurui sperti itu, haruskah membencinya atau berterima kasih pdnya?...

Akan tetapi, bagi sy, sy blm ''tega'' menggurui sperti itu, pdhal ksalahan yg sy liat lbh banyak termsuk pd orng yg menggurui sy...mungkin krn sy tidak ingin perasaan sakit itu jg dirasakan olh orng yg sy gurui terang2an, mungkin aku belum tega mlihat orng malu di hdpnku smbil aku merasa menyampaikan kebenaran....aku tahu ini salah, membiarkan orng melakukan ksalahan terjadi tanpa aku ''gurui'' membuat orng itu tdk tahu kesalahanx dan terus dlm kesalahanx...aku semakin bingung, apa aku salah tdk membuat orng malu krn kesalahan mereka sndiri???


#ditengah gugusan spermonde...

Tembok Cina terlihat dari BUlan???




Pernah dengar cerita bahwa Tembok Cina merupakan satu-satunya obyek buatan manusia yang bisa terlihat dengan mata telanjang dari bulan? mungkin juga ya? Dikarenakan Tembok Cina panjang banget, bisa dimungkinkan terlihat dari bulan. Apakah mitos tersebut benar? Yuk, kita bahas kebenarannya.
Satu hal yang penting untuk dapat melihat benda dari jarak jauh adalah kemampuan dari mata untuk melihat detail dari obyek yang disebut dengan resolusi. Definisi yang lebih gampang lagi adalah seberapa jauhnya dua titik yang berbeda bisa dapat dibedakan oleh mata. Permasalahannya, berapa resolusi dari mata manusia? :-? Salah satu cara menghitung resolusi dari alat optik (termasuk mata) adalah dengan menggunakan kriteria Rayleigh yang pernah kita pelajari di SMA (dulu penulis belajar ini di SMA, nggak tahu ya kurikulum sekarang ) Masih ingat dengan rumus ini?

Buat yang agak lupa atau yang tidak lupa (karena tidak pernah ingat), ini adalah rumus untuk menghitung resolusi angular dari alat optik. ? adalah resolusi angular, ? adalah panjang gelombang cahaya, dan D adalah diameter bukaan dari alat optik, dalam kasus kita bukaan dari mata adalah pupil. Buat yang lupa, silahkan buka lagi buku-buku jaman SMA nya.
Rumusnya sudah ada, sekarang masukkan angkanya. Buat panjang gelombang, kita bisa pakai panjang gelombang warna merah (700 nm), dengan anggapan warna bata dari Tembok Cina kira-kira merah. Terus diameter pupil menurut Wikipedia sekitar 5 mm. Tinggal pakai kalkulator (hati-hati dengan konversi unit!) kita dapat bahwa resolusi mata sekitar 0,010.
Sekarang kita harus menghitung berapa jarak minimum dua titik agar bisa terlihat oleh mata dari bulan. Kita tahu dari Wikipedia (lagi) kalau jarak bumi bulan sekitar 380.000 km . Selanjutnya gunakan geometri (lihat gambar) dan kita dapatkan bahwa jarak minimal dua titik agar dapat dibedakan dari bulan adalah 66 km. Sebuah benda harus punya ukuran minimal 66 km x 66 km supaya bisa terlihat dari bulan!

Sekarang kembali ke masalah Tembok Cina (berasa Tukul). Panjang Tembok Cina memang luar biasa: 6400 km. Tapi masalahnya, lebar Tembok Cina hanya 9 meter. Jauuuuuh dari ukuran minimal supaya bisa terlihat. Jadi kabar bahwa Tembok China bisa terlihat dari bulan dengan mata telanjang itu… BOHONG (baca: bohong besar)!
Lebih parah lagi sebenarnya Tembok Cina tidak bisa dilihat oleh astronot yang mengorbit bumi! Ambil contoh International Space Station (ISS) yang mengorbit pada ketinggian 350 km. Dengan cara yang sama kita dapatkan bahwa ukuran minimum supaya benda bisa terlihat adalah 60 m x 60 m. Tetap saja tidak cukup buat terlihat oleh astronot di ISS. Astronot pertama China, Yang Liwei, mengaku dia tidak dapat melihat Tembok Cina dari luar angkasa . Yang lebih gampang dilihat dari jendela ISS sebenarnya adalah Piramid Besar Giza yang ukurannya sekitar 230m x 230m . Kalau dari bulan, bahkan Piramid Besar pun tidak telihat sama sekali.
Jadi, kalau dengar gossip, jangan langsung percaya. Dihitung-hitung dulu, dan dicek kebenarannya. (Kalau gossip artis gimana cara ngehitungnya ya? )

;)