Thursday 3 January 2013

Distorsi Definisi oleh MEDIA

Media massa merupakan salah satu unsur penting yang sangat berperan dalam mengotrol opini publik/masyarakat umum. Media dapat menjadi teman yang baik dan bisa menjadi sosok monster yang dapat mempengaruhi opini terhadap suatu isu yang sedang berkembang.Media terkadang memanfaatkan kemampuan mereka sebagai pengendali opini publik untuk malah menyamarkan fakta yang ada dan menciptakan fakta-fakta baru yang mereka ulas berkali-kali seolah-olah itu merupakan fakta yang benar.

Media bukanlah sarana netral yang menampilkan berbagai ideologi dan kelompok apa adanya - seperti kata sebuah koran “Bijak di garis tak berpihak”- . Media adalah subjek yang lengkap dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan. Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana ideologi kelompok-kelompok lain. Kelompok-kelompok dominan inilah yang mem-blow up berita-berita terorisme islam dan menjadikan isi beritanya seolah-olah islam adalah agama radikal dan penuh dengan makna teror dalam ajarannya.

Saat ini umat islam tertuduh dan  semua ketakutan dengan segala tentang islam, karena selalu dikaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis Islam, dan semisalnya menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang dan penyedia serta membantu aktivitas terorisme.  Gerakan-gerakan dakwah pun dicurigai meskipun gerakan dakwah
itu terbuka dan tak ada sangkut pautnya dengan teroris. Beberapa orang pun mengwasi ketat anak remajanya yang mau berangkat mengaji. Padahal hal itu tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka menanyakan ngajinya sama siapa, tempatnya dimana, dan segala macam secara berulang-ulang. Bahkan di sebuah wilayah , beberapa orang yang hendak melakukan khuruj (aktivitas yg rutin dilakukan oleh Jama’ah Tabligh) di sebuah masjid, ditolak warga setempat pasca pengemboman di hotel JW Marriot dan Ritz Calton. Warga setempat tidak mau daerahnya dijadikan tujuan orang luar. Mereka takut orang-orang tersebut terlibat terorisme. Sikap PARANOID ini muncul belakangan di beberapa daerah. Ini terjadi setelah televisi dengan sangat gencar menyebarkan berita terorisme. Bukannya objektif, pemberitaan di media massa cenderung menstigmatisasi negatif islam dan kaum muslimin.terorisme islam akhirnya menciptakan spekulasi antara kaum muslim untuk melahirkan sikap saling curiga di tengah-tengah umat, bahkan bisa  memunculkan sikap saling memfitnah.Dan bahkan yang paling tragis melahirkan rasa takut di kalangan umat islam terhadap agamanya sendiri, hingga tak heran jika sesama muslimin sendiri saling terjadi ghibah dimana biasanya para muslim yang sedang berusaha untuk kaffah dan istiqomah menjadi sasaran caci bahwa mereka adalah teroris.
Belum jelas benar siapa pelakunya, media massa langsung menyorot pesantren. Pesantren dianggap mengajarkan jihad dan ini menjadi inspirasi para teroris. Media massa pun sibuk mencari latar belakang orang-orang yang diduga teroris dengan melakukan interogasi dan inkuisasi terhadap almamater, keluarga, dan para tetangga. Tanpa disaring, berita isu langsung disiarkan. Padahal tidak semua sumber berita  yang didapatkannya layak disiarkan. Hal yang sama tidak pernah dilakukan terhadap para koruptor. Adakah media massa yang pernah mengaitkan koruptor dengan almamaternya? Kemudian menyatakan bahwa universitas X telah mengajarkan korupsi? Atau mencari guru dan dosennya karena dianggap sebagai inspirasi untuk korupsi?

Lihat saja bagaimana media massa seolah jadi “orang bodoh” dan menurut saja arahan sumber-sumber mereka. Sikap kritis mereka hilang. Bahkan untuk mencari alternatif narasumber lain. Sampai-sampai ketika sumber-sumber  berita mereka menyatakan berita salah pun, ditelan mentah-mentah. Ketakutan akan islam akan pun mulai merambah pada perbuatan ekstrim seperti yang terjadi di jerman, seorang pria menusukkan pisau dapur berukuran 16 cm sebanyak 16 kali ke tubuh wanita muslim yg berjilbab dan ironisnya wanita ini tengah mengandung 3 bulan. Melihat keadaan seperti ini para muslim yg merasa diintimidasi akan mulai berontak dan melakukan serangkaian aksi membela sesama muslim yg lain, meski terkadang jalur yang dipilih pun tidak selalu benar. Kondisi seperti ini TENTU SAJA menarik bagi media untuk meliputnya, meliput konflik tentang kemarahan kaum muslim dan lebih menuju peliputan tindakan-tindakan ekstrim kaum muslim selama membela diri dan tidak memperdulikan alasan kaum muslim kenapa mereka berlaku demikian. Bagi mereka yg tidak mengerti duduk perkara yg terjadi, mereka hanya akan mengambil mentah  dari setiap fakta realitas yang diungkap media. Padahal seandainya semua media sebagai wadah pentalur informasi sesuai realitas yg ada, tentu saja publik tidak akan mudah terpecah belah dalam berasumsi dan menentukan sikap kepada kaum muslimin.

sebagai masyarakat , kita  harus tabayyun (mengklarifikasi ) berita yang datang, sehingga masyarakat menjadi lebih bijak dalam menilai segala setuasi yang ada.,

No comments:

Post a Comment