Sunday 29 April 2012

Bahasa Cinta

Teringat beberapa tahun yang lalu.Subuh itu, saat adzan sudah berkumandang seorang ikhwa masih saja tidur. Berkali-kali telah dibangunkan tapi tetap tidak bangun-bangun juga. Saat iqomah, si ikhwah ini ternyata belum juga bangun. Akhirnya saya berinisatif untuk memercikkan air ke mukanya agar dia terbangun. Dia terbangun, dari rona mukanya menandakan dia kurang senang akan sikap saya. " Kalau membangunkan akhi, pakai bahasa cinta. Saya tidak suka kalau begini". Dan ...

Sejenak saya termenung, apa yang salah. Kalau akhi tadi tidak setuju dengan cara saya tadi, okelah , itu memang bisa dikatakan kurang sopan. Tapi saya justru merasa bahwa itulah cerminan dan aplikasi rasa cinta saya pada saudara. Kalau saya...
Yang saya pahami, tidak selamanya bahasa cinta itu disampaikan dengan kelemahlembutan. Semasa kecil, saya sering dipukul ayah sampai menangis. Tapi beliau menganggap bahwa itu adalah salah satu ungkapan bahasa cintanya kepada saya, karena beliau tidak suka pada kebandelan saya. Mistar pak guru di SMP juga pernah patah tiga karena menghantam betis saya. Tapi saya baru menyadari, apa makna dibalik semua itu.
Mungki bahasa cinta yang saya pahami berbeda dengan bahasa cinta yang dipahami oleh si akhi tadi. Ataukah hanya ibu dan Johnson’s saja yang bisa memahami bahasa cinta ?

No comments:

Post a Comment