Tuesday 23 July 2013

Severus Snape dan Poyan


Bagi orang yang mengenal saya, mungkin akan berfikir apakah orang seperti aku punya perasaan dan mengerti tentang perempuan. Orang yang selalu tampak cuek, tanpa ekspresi, dan  hampa. Orang akan memprediksi, orang yang seperti aku pasti tidak tahu romantis, tidak menyayangi perempuan, dan tentunya bukan sosok ideal dimata wanita. Membosankan. Itu mungkin kata yg tepat menurut mereka.


“Apakah dia pernah jatuh cinta? Apakah dia punya kisah cinta? ” mungkin begitu pertanyaan orang-orang. 


Oke, akan kujawab dengan mengawali sebuah pertanyaan. “Tahukah kamu sosok Severus Snape dalam serial Harry Potter? Atau tahukah kamu tokoh Poyan di Perahu Kertas?”

Kalau kamu tahu, maka anggaplah aku seperti mereka. Jika belum tahu, akan kuceritakan*kujelaskan tepatnya*tentang mereka. Aku tidak tahu kenapa kisah Severus dan Pohan memiliki kemiripan. 


Pertama, Severus Snape. Penyihir serial Harry Potter ini selalu tampak jahat, dingin, tanpa ekspresi, dan tidak pernah terlihat tersenyum selama film harry potter dibuat sampai tamat. Penyihir yang digambarkan sangat galak dan suka menghukum. Pada awalnya semua orang membencinya: penonton, Hogwarts, bahkan oleh Harry sendiri. Akan tetapi ternyata memiliki watak asli dan kebaikan-kebaikan yang baru terkuak setelah dia meninggal. Siapa sangka ekspresi wajah Snape yang selalu sama itu (dingin, hampa, kaku, dan terlihat galak), merupakan ekspresi seseorang laki-laki yang begitu setia, penuh pengorbanan, menyimpan rasa sakitnya, yang menyimpan semua perasaannya rapat-rapat. Setia mencintai  satu orang wanita yg sama hingga akhir hayatnya dan tidak pernah sedikitpun berpaling mencintainya meskipun wanita itu telah menikah dengan laki-laki lain. Bahkan karena cintanya, ia rela berkorban menjaga putra orang yang dicintainya (Harry) itu meskipun itu jelas putra orang lain (Lily menikah dengan James). Ia memendam perasaannya rapat-rapat hingga hampir tidak ada yang tahu bahkan oleh LilY sekalipun. Satu satunya hal yang menjadi hiburannya adalah ketika melihat mata Harry Potter, dia selalu mengatakan “mata kamu mirip sekali dengan mata ibumu”. Dia terhibur melihat mata harry, seolah-olah dia melihat mata Lily, mata orang yang paling dicintainya. Ekspresi kaku dan telihat galak itu ternyata ekspresi seseorang yang menyimpan luka yang amat dalam. Luka karena terlalu setia mencintai seorang perempuan dan disimpannya rapat-rapat-rapat. Sungguh terlalu kamu Snape!!


Kedua, Poyan. Tokoh yang diceritakan dalam Novel Perahu Kertas ini berprofesi sebagai pelukis. Poyan terkenal dengan lukisan-lukisan upacara Balinya, tapi orang-orang terdekatnya tahu, objek itu hanya pelarian belaka. Lukisan Poyan yang dulu jauh lebih bagus. Dulu, Poyan hanya melukis perempuan. Satu perempuan yang sama. Entah kemana lukisan-lukisan itu sekarang. Yang jelas dia tidak pernah melukis seperti dulu. Bahkan ia pernah berhenti menulis bertahun-tahun. Dari semua lukisan yang dulu ia buat, hanya satu yang masih disimpannya. Dari satu lukisan yang tersisa itulah Luhde mengenalnya. Lena. Perempuan yang begitu dicintai poyan dan tak pernah memiliknya.

Dan sepanjang hidupnya, Poyan berdiam dalam kesendirian dan kenangan. Cintanya pada Lena cukup menemaninya sekali dan selamanya. Bahkan cukup bagi Poyan untuk mencintai Keenan (anak dari Lena) seperti anaknya sendiri, meski karena kehadiran Keenan ia harus berpisah dengan Lena. Luhde melihat Poyan dari jauh. Dari pria itulah ia belajar tentang kekuatan hati, kekuatan mencinta. 


Apakah kamu sudah bisa menemukan kesamaan cerita Severus dan Poyan? Ya, mereka sangat setia mencintai seorang perempuan, rasa cinta itu ada terus dan tidak pernah mati meskipun ia tak pernah memilikinya. Mereka berdiam dalam kesendirian dan kenangan. Kesamaan dari keduanya, mereka memilki kekuatan hati, kekuatan mencinta yang luar biasa...


Aku telah belajar dari Severus maupun Poyan. Aku belajar kekuatan hati, kekuatan mencintai. Aku benar-benar kagum. Tapi aku belum benar-benar serius Snape, Poyan. Aku belum menemukan sosok yang bisa dijadikan Lily atau Lena. Jika saat itu telah datang, maka aku tidak ingin kecolongan seperti Snape maupun poyan. *Loh loh..kok serius amat ya* hehehehe..

No comments:

Post a Comment