Thursday 13 October 2011

Aku percaya Tuhan itu Ada


Moningka city,03 februari 2451
“Siapa  namamu?”Seorang polisi menatapku tajam.”Widzar Al Ghifari,”Dengan susah payah kuucapkan namaku.Masih terasa ,betapa laras sepatu petugas itu bersarang di pipiku.
“Pekerjaan?”tanyanya lagi.
“Mahasiswa sejarah,”Kali ini aku bisa lebih lancar.
Kami dapat laporan ,kau adalah salah seorang yang menyebarkan ajaran kuno!”katanya lagi.
“Aku tidak pernah mengajarkan apapun kecuali sebuah kebenaran!”salah seorang polisi mencatat semua yang kukatakan.
“Apa yang kau maksud dengan kebenaran?”dia mendelik.
“Kebenaran akan Tuhan!”kataku mantap.
“Tuhan?Tuhan katamu?Hei anak muda,buka matamu lebar-lebar.Ini abad 25.Di sini tidak ada Tuhan.Kita adalah manusia-manusia pembaharu.Kitalah Tuhan yang sebenarnya….”Polisi itu terus berbicara.
“Tapi Tuhan itu ada.Dialah tuhan yang satu,tidak beranak dan tidak diperanakkan.”kata-kataku membuatnya berang.
“Kau bocah cilik,mau mengajari aku?Sini,kuajari kau menjadi Tuhan!”Lalu kepalan tangannya membuat gigiku serasa rontok.Darah mengalir dari bibirku.
“Bawa dia ke sel!”Perintahnya kepada opsir.

Moningka city,06 februari 2451
Baru saja aku selesai shalat shubuh,sel tempatku dikurung terbuka.seseorang menghampiriku,mungkin dia petugas penjara.
“Selamat pagi,”katanya.
“Aku tidak perlu menjawab bukan?”kataku mengejek.
“Terserah!Aku hanya ingin mendengar kabarmu.Kau masih yakin bahwa Tuhan ada?”
Dia masih menyunggingkan senyum.
“Insya Allah,aku akan meyakininya sampai kapanpun,”Mataku tajam menatapnya.
“Baiklah kalau begitu.Dua jam lagi kau akan diproses.Semoga kau menyesal telah mempercayai Tuhanmu itu!”
Aku menarik nafas panjang.Kuatkan hamba-Mu ini,ya Allah.


Dua jam kemudian,
Sidang dimulai.
Jaksa menuntut tersangka.Widzar Al Ghifari,mahasiswa jurusan sejarah Universitas Manitouus dengan tuduhan menyebarkan ajaran kuno kepada masyarakat.Dengan tuntutan,hukuman mati.
Tersangka diberikan waktu untuk mengadakan pembelaan.
Aku berdiri.
“Pak hakim,saya yakin.Dalam nurani Pak hakim,Bapak percaya akan sesuatu yang lebih hebat dari bapak.Bukan manusia,bukan juga diri Bapak sendiri.Pak,begitu pun saya.Itulah fitrah manusia.Meyakini bahwa Tuhan ada.Dan itu kita rasakan.Bukan hanya oleh Bapak,Tapi oleh seluruh yang hadir di sini!”
“Pak hakim!”Jaksa penuntut berdiri.”Dia mahasiswa sejarah.Dia sedang mencoba mengelabuhi kita semua.Dia bohong,Pak hakim!”
“Biarkan dia melanjutkan pembelaan,”Hakim memukul palu.
“Pak hakim,ketika saya kecil.Saya selalu bertanya kepada Ibu,”Siapa menciptakan matahari?bulan?dan bintang?”Lalu ibu saya telah mengecewakanku.Dia berkata.”Semua itu terlahir begitu saja,Tak ada yang menciptakannya….”
“Ibumu benar,nak!”Sebelum cerita berlanjut,hakim memotong.
“Ya,ibuku benar.Tapi itu ketika aku masih anak-anak,Sewaktu namaku masih Valentine.Tapi,kini namaku Widzar.Aku telah mengetahui apa yang ibuku tidak tahu.Ibuku salah.Tuhanlah yang menciptakan semesta raya ini.”
Seluruh yang hadir hening,Tak ada satu pun yang berkata atau pun berkomentar.Semua sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Pak hakim,sadarlah!Dia tengah menebarkan kebohongan.Dia sedang menghipnotis kita semua!”Jaksa penuntut kembali berdiri,suaranya menggema ke seluruh ruangan.Hakim memukul palu tiga kali,”Biarkan aku bertanya,”Katanya.
“Sejak kapan kau percaya akan Tuhan?”Hakim menatapku tajam.
“Berawal dari pertanyaanku masa kecil,Akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di jurusan sejarah.Aku pikir mungkin aku akan menemukan sederet nama-nama yang telah menciptakan alam ini.Tapi hasilnya nol besar.Aku tak menemukan deretan nama-nama manusia,justru dari sanalah aku mengenal Tuhan.”
Keheningan menjalar,seluruh yang hadir menunduk,berfikir.Mencari-cari kebenaran dari kata-kata yang diucapkan sang pemuda.Hanya detak jam yang terdengar lebih nyaring dari biasanya.
Sidang berlanjut.
Saksi-saksi didatangkan,Jaksa membeberkan bukti-bukti.Akhirnya sidang ditutup dengan hasil:keputusan akan diumumkan seminggu lagi.




Moningka city,13 februari 2451
Keputusan dibacakan oleh juri.”Mengingat terdakwa telah melanggar UU No.131 pasal 2,tentang ajaran kuno.Menimbang….dst.Memutuskan:Widzar Al Ghifari,umur 22 tahun.Mahasiswa jurusan Sejarah,universitas Manitouus.Menerima hukuman mati.Semoga kasus ini menjadi sebuah pelajaran agar tidak ada lagi yang mencoba untuk menyebarkan bentuk-bentuk pemikiran apapun tentang Tuhan.”
Hadirin hening,semua perempuan yang hadir matanya berkaca-kaca.
“Kau boleh mengajukan keinginan terakhirmu besok.Sebelum hukuman mati dilaksanakan.”Hakim berkata,”Dengan ini sidang saya tutup!”
Aku kembali diseret masuk ke dalam sel,Penjagaan diperketat.Yang bisa kulakukan hanya bermunajat,memohon yang terbaik atas segala urusan ini.
Menjelang tengah malam,ketika aku masih dzikir seusai shalat isya.Tiba-tiba pintu selku terbuka.Empat orang berpakaian hitam –hitam mengelilingiku.
“Kau masih ingin hidup?”Terdengar suaranya tegas,membuatku bergidik.Aku hanya diam.
“Jawab goblok!”Kata yang satunya lagi.
“Hidup dan mati hanya milik Allah!”kataku tenang.
“Anjing!Kau akan lihat besok,bahwa kamilah tuhan.Sebab kami yang menguasai jiwamu,”kata seseorang dari mereka yang berada di belakangku.Aku tidak bisa melihat wajah keempat orang itu,mereka memakai penutup.Hanya matanya yang kulihat memancarkan amarah.
“Kau masih hidup besok,kalau saja besok di atas tempat gantungan kau mengakui secara sadar bahwa Tuhan itu tidak ada!”Kata seorang yang lebih kecil tubuhnya dibanding ketiga orang temannya.
“Aku tak mau!”
“Terserah kau bocah bodoh!”seorang yang pertama kali bertanya mendorong tubuhku hingga terjatuh di lantai yang lembab dan dingin.
“Semoga tuhanmu besok datang besok untuk menolongmu!”Masih terdengar kata-kata terakhir dari mereka saat meninggalkan sel,tempatku menuggu kematian.

Moningka city,14 februari 2451
Tempat eksekusi,08.00 am.
Seluruh orang yang ingin menyaksikan pemberian hukuman,telah berkumpul mengelilingi tambang tempat gantungan.Ini adalah hukuman yang sudah sejak lama tak pernah dilaksanakan.Di kota ini,semua orang sudah melupakan Tuhan.Mereka tak ingin atau pura-pura tak ingin tahu.
Anak muda itu berjalan dengan tenang,matanya bening.Sebening aliran sungai.Tak ada ketakutan sedikit pun pada sorot matanya.
“Kau tak akan mengubah keyakinanmu,Anak muda?”Hakim menatapku lekat.
“Tidak.”Jawabku mantap.
“Baiklah,eksekusi akan dimulai!”kata hakim akhirnya,”Ada yang ingin kau lakukan pada detik-detik terakhirmu?”katanya melanjutkan.
“Tidak,”kataku lagi.
Dua algojo mengiring sang pemuda menuju tempat penggantungan.Semua mata tertuju padanya.Dia menaiki tangga ,hanya tiga anak tangga.Berjalan mendatar.Lalu dipersilahkan naik bangku.Tambang telah melekat pada lehernya.
Sedetik sebelum algojo menarik tambang.
“Ada yang ingin kau katakan ?”Algojo memandangku lekat.
“Ya”,jawabku.
“Katakanlah!”algojo berkata lagi.
“Aku ingin seluruh yang hadir di sini mendengar,”kataku lagi.
“Mereka akan mendengar.Katakanlah!”
Pemuda itu menarik nafas panjang,matanya menatap sekeliling.Seluruh yang hadir telah siap dengan kata-kata yang hendak diucapkannya.
“Sedetik menjelang kematian.Jangan malawan takdir Tuhan atas kita.Kalau memang detik ini detik terakhirku bernafas,maka izinkan kepadakuuntuk menulis tentang segala keresahan yang selama ini hanya menjadi pergolakan dalam batin.Jangan menghalangiku untuk mencatat apa yang telah lewat,sebab tidak ada lagi penantiaan atas kata-kata,”sampai di situ aku berhenti.
“Kau ingin menulis?”Tanya hakim.
“Ya,”aku menganggukan kepala.
Algojo memberiku kesempatan untuk menulis.Akupun menulis.
Inilah hari,di hari kata-kata menjadi cahaya.Dia akan berteriak tentang kebenaran yang selama ini disembunyikan dalam gelap.Allah Maha Besar.Peradaban telah kembali menjadi purba.Kita telah menjadi binatang peradaban.Aku mohon!Temukanlah cahaya,karena di Sanalah Tuhan bersemayam.Nyawaku berakhir di tiang gantungan,tapi Tuhan akan selalu hidup.Widzar Al Ghifari.

14 februari 2451
Itulah tulisan yang dipahat pada sebuah nisan.Kata-kata itulah yang telah ditulis sang pemuda,menjelang ajalnya.

Moningka city,14 februari 2451
“Ibu…..!Aku percaya bahwa Tuhan itu ada!”Mavic,bocah berusia sebelas tahun berteriak pada ibunya.
“Jangan bicara sembarangan anak ingusan,atau kau akan mati!”

No comments:

Post a Comment