Thursday 13 October 2011

Lampu Merah

AKu ingin bercerita sedikit tentang kejadian yang aku alami kemarin. Tepatnya malam senin, pukul 8 malam sepulang dari mengajar privat. Dalam perjalanan pulang, aku berhenti di pertigaan Jl A.P Perttarani dg Jl St Alaudin karena lampu merah. Saat berhenti itulah, pandanganku tertuju pada seorang bocah kecil di bawah umur. Hampir-hampir air mataku jatuh melihat kondisinya yang sangat menyedihkan. Yang pertama terlintas di pikiranku, sudah jam segini,  bocah sekecil ini masih harus ada di pinggir jalan merasakan kejamnya hidup. Bocah perempuan itu  duduk di pinggir sambil terkantuk-kantuk,  memandang pasrah setiap pengemudi yang berhenti. Di tangannya bertumpuk koran yang belum laku, yang dari tadi pagi mungkin dia jajakan. Kuperhatikan matanya, ku melihat sorot mata anak bangsa yang ditelantarkan dan korban ketidakadilan.
Ingin sekali aku meraih pecahan uang terbesar dalam dompetku dan kuberikan padanya, namun ulah orang-orang Indonesia yang tidak sabar, aku di teror klakson tiada ampun menyuruhku untuk jalan krn lampu hijau sudah menyala. Apa daya, aku hanya bisa mengumpat diriku dan memprotes keadaan. Kalau orang menyalahkan orang yang memberi uang pada anak jalanan dengan alasan semakin membuat mereka malas dan akan terus menjadi anak jalanan, maka saya mau minta solusi, bagaimana seharusnya agar mereka terbebas dari penderitaan yang seharusnya tidak mereka rasakan itu?
Sampai sekarang jika mengingat wajah bocah itu, aku ingat wajah bangsa ini. Iba dan miris melihatnya.

No comments:

Post a Comment